Keluarga adalah tempat pertama seseorang
belajar untuk menjalani hidup setiap hari, dan keluarga seharusnya menjadi
tempat di mana anggota keluarganya merasa nyaman. Namun, pada kenyataannya
tidak demikian. Setiap orang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang
berbeda. Ada
yang dilahirkan dari keluarga yang baik, harmonis, saling mengasihi tapi ada
juga yang dilahirkan dalam keluarga yang tidak harmonis dengan mengalami
penolakan, diskriminasi, dibenci, dan dijauhi oleh keluarganya sendiri.
Demikian yang dialami Yusuf anak bungsu dari 12 bersaudara yang seharusnya
dikasihi, disayang, bermain dan menggembalakan kambing domba bersama; tetapi malahan
dibenci, ditolak, diancam untuk dibunuh,
dimasukkan ke dalam sumur, dan dijual sebagai budak di tempat yang jauh dari
keluarga dan orang tuanya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Yusuf pada
waktu itu. Yang pasti Yusuf sangat menderita, sedih, ketakutan saat dibuang ke
dalam sumur oleh kakak-kakaknya yang pada akhirnya diangkat kembali dari dalam
sumur lalu dijual kepada seorang kafilah Ismael yang dari Gilead, yang dalam
perjalanan membawa damar, balsam, dan damar ladan menuju ke Mesir. Yusuf dibawa ke Mesir sekitar tahun 1900 SM.
Sekitar 200 tahun setelah panggilan Abraham. Di Mesir ia dijual lagi oleh orang
Ismael itu kepada Potifar, seorang pengawal raja di istana Firaun.
Cerita yang
memilukan… namun semua penderitaan Yusuf dilihat Tuhan. Tuhan tidak
meninggalkan orang yang baik dan tidak bersalah terus menerus mengalami
penindasan dan kesengsaraan. Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang
yang selalu berhasil dalam pekerjaannya. Dan karena Tuhan menyertai Yusuf,
tuannya (Potifar) melihat ia selalu berhasil, ia juga begitu mengasihi Yusuf.
Kepada Yusuf diberikan kuasa atas rumah dan segala miliknya dan dengan bantuan
Yusuf ia tidak lagi mengatur apapun, selain dari makanannya sendiri. Namun…selang
beberapa waktu… cobaan itu datang lagi walaupun dalam bentuk yang lain. Karena Yusuf seorang anak muda yang manis
sikapnya dan elok parasnya, istri Potifar (istri tuannya) memandangnya dengan birahi dan mengajaknya
untuk tidur dengannya. Itu dilakukannya
bukan hanya sekali, tapi dari hari ke hari, ia selalu membujuk Yusuf, namun
Yusuf selalu menolak. Suatu hari…iblis yang berwujud perempuan itu datang lagi.
Ia memegang baju Yusuf dan mengajaknya tidur bersamanya. Yusuf meninggalkan
bajunya dalam tangan perempuan itu dan ia lari ke luar. Namun, karena sudah
kehilangan akal sehat, pikirannya gelap
dan buta, ia sama sekali tidak menyadari
apalagi insyaf. Perbuatan jahatnya semakin menjadi-jadi. Setelah ia lihat Yusuf
lari keluar meninggalkan dia, dia malah berteriak-teriak dengan suara yang
keras dan memanggil seisi rumah dan bercerita bohong (memutarbalikkan fakta).
Ia berkata bahwa orang Ibrani (Yusuf) yang dibawa ke rumahnya telah
mempermain-mainkan mereka. Ia mengatakan bahwa Yusuf mendekati dia untuk tidur
dengan dia dan ia berteriak-teriak sekeras-kerasnya, dan karena ia berteriak,
Yusuf lari ke luar.
Zaman sekarang juga banyak orang yang mirip seperti
perempuan ini. Kehilangan akal sehat. Yang ada dalam pikirannya adalah
kejahatan, kebusukan, fitnah dan menjelek-jelekkan orang lain. Berbohong dan
memutarbalikkan fakta. Kebenaran disalahkan dan kesalahan dibenarkan. Kita jangan
menjadi seperti perempuan ini, tapi
biarlah kita belajar dari Yusuf. Seorang muda yang takut Tuhan dan hidup dalam
kemurnian dan kesucian. Ia takut melakukan perbuatan mesum, perbuatan jahat,
dan perbuatan-perbuatan yang membuat dia berdosa. Ia lulus dalam ujian
kemurnian pribadi. Ujian yang sering dialami anak muda yang jauh dari rumah. Namun, karena kemurnian imannya itu, ia harus
banyak mengalami hal pahit dalam hidupnya. Cerita bohong itu, diceritakan
perempuan itu kembali saat suaminya (Potifar) pulang, yang akhirnya
membangkitkan amarah Potifar dan kemudian Potifar menangkap Yusuf dan memasukkannya
ke dalam penjara. Sedih! Orang yang hanya mendengar atau membaca kisahnya saja
pasti sedih, apalagi orang yang mengalaminya. Yusuf dihukum bukan karena ia
melakukan kesalahan, tapi sebaliknya karena ia tidak melakukan kesalahan. Tapi…sahabat!
Kita tidak usah terlalu lama bersedih mendengar atau membaca kisah Yusuf ini,
karena walaupun ia sudah dimasukkan ke dalam penjara, Tuhan tidak meninggalkan
dia. Tuhan selalu menyertai dia dan
membuat apa yang dikerjakannya berhasil.
Terjadi, seorang
juru minuman raja dan juru roti melakukan kesalahan dan dimasukkan ke dalam
penjara. Suatu kali mereka bermimpi dan mereka bersedih karena tidak ada orang
yang dapat menafsirkan mimpi mereka. Namun karena Yusuf disertai Tuhan, Tuhan
membuat dia dapat menafsirkan mimpi mereka. Sesuai dengan mimpi yang
ditafsirkan Yusuf, juru roti dihukum gantung dan juru minuman dikembalikan pada
jabatannya semula. Sebenarnya Yusuf berharap bahwa juru minuman dapat membantu
melepaskan dia dari penjara dengan cara menceritakan kepada Firaun bahwa ia dapat menafsirkan mimpi dan terjadi sesuai dengan apa yang ditafsirkannya. Juru
minuman dikembalikan pada jabatanya semula, tapi juru minuman ini tidak
mengingat Yusuf sama sekali dan melupakan jasa Yusuf. Namun, setelah lewat dua
tahun, raja Firaun bermimpi. “Pertama:
Ia melihat dari sungai Nil, keluar 7 ekor lembu yang gemuk lalu memakan rumput di
tepi sungai itu. Lalu tampak juga 7 ekor lembu yang kurus berdiri di samping
lembu-lembu yang gemuk lalu memakan lembu-lembu yang gemuk itu. Mimpi yang kedua:
tampak timbul dalam 1 tangkai, 7 bulir gandum yang baik dan berisi. Tampak juga
7 bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu
menelan ketujuh bulir yang berisi”. Firaun terbangun dan gelisah karena mimpi
tersebut. Kemudian juru minuman berkata kepada Firaun bahwa ada seorang anak
muda Ibrani yang dapat menafsirkan mimpi yang dapat terjadi sesuai dengan apa yang ia tafsirkan.
Namanya adalah Yusuf. Firaun memanggil Yusuf yang berada dalam penjara dan disuruh
menghadap Firaun. Yusuf berkata kepada Firaun bahwa kedua mimpinya tersebut
artinya sama, yaitu bahwa : “Akan datang 7 tahun kelimpahan di seluruh tanah
Mesir, dan kemudian 7 tahun kelaparan. Sampai 2 kali mimpi itu diulang, berarti
Allah akan segera melakukannya. Yusuf mengusulkan untuk mengangkat
penilik-penilik dan memungut 1/5 dari hasil tanah Mesir untuk disimpan sebagai
persediaan pada 7 tahun masa kelaparan. Usul
itu dipandang baik oleh Firaun dan seluruh pegawainya dan karena Firaun merasa
bahwa tidak ada orang seperti Yusuf, maka Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa
di seluruh negeri Mesir.
Sahabat! Dari
cerita tentang Yusuf ini, kita dapat belajar banyak hal mengenai kehidupan. Yusuf
banyak mengalami hal yang pahit yang diakibatkan oleh orang-orang terdekatnya,
saudara-saudaranya (orang-orang yang seharusnya melindunginya), juga oleh orang-orang
di sekitar dia yaitu atasannya sendiri (istri Potifar dan Potifar), dan kenalannya
dalam penjara yaitu juru minuman raja. Namun, dalam kekecewaan, dalam penderitaan, dalam kesedihan, dalam suasana
yang sangat pahit itu, Tuhan tidak meninggalkan Yusuf. Tuhan selalu menyertai
Yusuf. Tuhan membuat Yusuf berhasil dalam pekerjaannya. Tuhan
membuat Yusuf menjadi penguasa di tanah Mesir. Singkat cerita, di masa 7 tahun kelaparanlah
yang mempertemukan Yusuf kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Oleh karena
Yusuf, Firaun memperbolehkan orangtua dan saudara-saudaranya tinggal di Mesir
dan menempati tanah Gosyen. Tuhan pasti dan akan memberikan hal yang indah di
balik kesusahan dan penderitaan. Tapi tergantung waktu Tuhan. Terkadang manusia
tidak sabar mengalami kesusahan dan penderitaan, yang akhirnya membuatnya
mengambil jalan pintas yang tidak sesuai dengan cara Tuhan. Sebenarnya dalam
penderitaan dan kesusahan, Tuhan sedang merancang suatu hal yang indah, namun
manusia terkadang tidak mengerti dan tidak memahami. Yusuf harus mendekam
dalam penjara selama kurang lebih 2 tahun untuk kesalahan yang tidak ia
lakukan. Suatu hal yang sangat tidak adil. Namun sekali lagi saya katakan,
Tuhan menyertai Yusuf setiap saat, Tuhan bisa saja mengeluarkan Yusuf hanya dalam
waktu 1 minggu saja dari dalam penjara karena ia tidak bersalah, tapi Tuhan
mengizinkannya 2 tahun. Waktu yang tidak singkat. Lama, bahkan sangat lama.
Apakah Tuhan juga tidak adil? Tidak demikian sahabat! Tuhan adil, Tuhan sedang
mengisi hari-hari Yusuf. Tuhan sedang membentuk
Yusuf untuk menjadi seorang
pribadi yang lebih indah lagi dalam pandangan-Nya. Seorang pribadi yang kuat, lebih sabar dan
lebih rendah hati. Tuhan sedang mempersiapkan dia menjadi seorang pemimpin yang
luar biasa dan sangat mengasihi Tuhan. Tuhan mengangkat dia menjadi seorang
penguasa di negeri asing, negeri yang dahulunya dia dijual sebagai budak. Ini
bukan hal yang mudah, tapi karena Tuhan, semua itu bisa terjadi.
Sahabat! Mari
sejenak kita renungkan…. Dalam posisi seperti apakah kita sekarang? Seperti
Yusuf? Seperti istri Potifar? Atau seperti juru minuman raja yang melupakan
jasa-jasa Yusuf? Jika kita berada dalam posisi seperti istri Potifar…hidup
dalam kegelapan, percabulan, perzinahan, bohong, fitnah, dan membuat orang lain
menderita…cepat bertobat sebelum Tuhan menghukum kita! Atau, kita berada dalam
posisi seperti Yusuf? Ingat bahwa Tuhan menyertai kita! Tuhan tidak
meninggalkan kita! Tuhan memperhatikan kita! Tuhan tidak membiarkan kita
sendirian! Ia ada di dekat kita! Ia peduli dengan kita! Ia sedang merancang hal
indah dalam kehidupan kita! Ia sangat mengasihi dan menyayangi kita! Ia sedang
membentuk kita menjadi pribadi yang indah dalam pandangan-Nya! Tetaplah kuat dalam menghadapi kesusahan,
kesulitan dan penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi! “Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma
12:12).
Sebuah lagu yang
indah, demikian kira-kira syairnya:
Banyak perkara yang tak dapat ku mengerti,
di dalam kehidupan ini.
Satu perkara yang ku simpan dalam hati,
tiada sesuatu yang terjadi,
tanpa Allah peduli.
Allah mengerti,
Allah peduli
Segala persoalan
yang kita hadapi.
Tak akan pernah
dibiarkan-Nya
ku berjalan
sendiri,
sebab Allah peduli
(mengerti).
IMMANUEL, Allah beserta
kita! Amin!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar